Selasa, 01 Desember 2020

Dara

Anak dara
Yang dari sudut kamar sunyi
Aku tak sudi mengunci diri di kamar
Dan dihina oleh sepi

Anak dara
Kemarilah
Bersamaku
Dengarlah pernyataan ini

27/11/20



Sabtu, 03 Oktober 2020

Bandung, 3 Oktober 2020

 2020.

Terakhir ada aktivitas disini 2017. 

3 Tahun.

SMA, bertemu bermacam-macam orang dari berbagai lapisan. Disinilah aku menyadari bahwa hidup memang terus berjalan. Ia seolah tidak peduli apabila seorang Trystan Ramadhane remedial Ulangan Fisika atau tidak memiliki uang untuk membeli bensin untuk Vespanya. 

Sialan. 

Seorang teman masih mencari arti Ketuhanan. Oknum pengajar tidak etis membawa politik ke kelas. 

Apa kabar Semi Palar? Semoga Ibu Sum cepat sembuh. 

Taman Panatayudha semakin tidak terawat. Sudah lama tidak makan Soto disana. 

Charets, masihkah sama seperti dulu? Kantin yang kumuh, toilet pencitraan, pengajar berkedok pegawai negeri. Masa-masa mengenal rokok, game online dan hasrat dengan kaum hawa semakin tidak terbendung.

Akhirnya berlanjut di Parahyangan. Stop, minuman keras tidak menyelesaikan masalah. Hidup terus berjalan. Semoga kisah berbeda terjadi disini, bersama manusia baru lainnya. 




Minggu, 27 Agustus 2017

Kritisnya Toleransi


Sesungguhnya segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan itu tidak baik. Termasuk jika dikaitkan dengan hal yang paling mudah dijadikan alat (oleh sebagian oknum) di dunia ini, Agama.

Dilihat dari Wikipedia, Fanatik dikatakan sebagai sebuah paham atau keyakinan tapi dilakukan secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. Seringkali ada pendapat bahwa "Fanatisme membutakan segalanya", atau bisa dibilang menolak segala sesuatu yang berbeda dari apa yang diyakini.

Mari pindah ke Indonesia. Di zaman yang konon menghargai Toleransi dan "perdamaian abadi" seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 45, sudahkan kita sebagai warga negara yang baik menghargai apa yang disebut Toleransi? Atau kalau dipermudah sudahkah ada kesadaran untuk tidak menjadikan Agama sebagai tameng bagi kepuasan pribadi?



Karl Marx (1818-1883) seorang filsuf asal Jerman pernah memberikan ucapan bahwa Agama sebagai candu. Kalimat itu seolah-olah menggambarkan bahwa Marx menuduh Agama sebagai sesuatu menyesatkan. Padahal tidak. Ia sendiri tidak menganggap bahwa Agama salah. Umat beragama lah, maksud Marx. Sebagaimana candu, semakin banyak dikonsumsi maka semakin menghancurkan jiwa yang ada didalam pecandu tersebut. 

Marx hidup ratusan tahun yang lalu, tetapi dunianya hampir mirip dengan kondisi Indonesia sekarang. Konon, istilah tersebut ia kritik pada sebagian oknum yang berlindung dari tameng Agama sebagai penyalur hasrat pribadi. Sekarang lihat Indonesia. Berapa banyak oknum yang digambarkan seperti kritikan Marx diatas? Berapa banyak orang yang menganggap bahwa ajaranya itu paling benar? Berapa banyak kasus SARA akibat fanatisme buta di Indonesia?

***
Jujur, seringkali saya gerah dengan sebagian oknum tersebut. Mereka ini menganut paham bahwa "Agamanyalah yang paling benar, dan diluar itu salah". Ketika di internet mereka membawa-bawa ayat dan merasa bahwa itu sudah suci. Kata andalan mereka "Kafir" apabila anda tidak satu pemikiran dengan mereka.

Oknum-oknum tersebut seringkali menyebarkan berita hoax yang mengagung-agungkan ajaranya. Sebagian lagi sangat senang melihat kebesaran Agamanya, tapi sangat Fanatik. Ingat kasus "Pelecehan Kitab Suci" atau "pahlawan kafir?", itu masih contoh kecil. Atau yang paling parah dengan bangganya mereka memakai istilah "Pribumi" (andai mereka tahu nenek moyang mereka mungkin juga pendatang!).

Entah bagaimana, sebagian oknum menganggap Indonesia itu harus 100 % "Pribumi". Seringkali ada pendapat "Indonesia merdeka karena umat mayoritas" atau "Pendatang pergi saja dari bumi pertiwi!". Mereka mungkin lupa (atau bahkan menolak tahu) bahwa negara kita ini sangat majemuk. 6 Agama resmi dan ratusan suku lah yang membuat kita kuat. Lantas, apakah "Bhineka Tunggal Ika" hanya sekadar slogan saja, tanpa menghayati isi dan makna di dalamnya?

Ayolah! 

Kenapa Fanatisme justru membutakan itu semua? Apakah kita lupa bahwa kelemahan kita sedari dulu adalah perpecahan karena Suku, Agama dan Ras? Bukankah Bung Karno pernah berkata "Jangan sekali-kali melupakan sejarah?". Mungkin itulah kenapa bangsa ini tak bisa maju. Kita selalu terjerembab dalam lubang yang sama tanpa melihat kebelakang. 


Jangan pernah lupakan sejarah. Ingat dulu para penjajah menjalankan politik pecah belah agar kita dengan mudah dikotak-kotakkan. Meminjam (lagi) perkataan Bung Karno, "lebih mudah melawan bangsa asing daripada bangsa sendiri." Ah, entahlah. Toleransi di negeri saya sedang kritis. 

Selasa, 08 November 2016

Klise

Andai lagu bisa berbicara
Maka ia akan mengungkapkan : Bangsa yang sendu!
Semua lagu serba Melayu, bernada cengeng
Ah, aku bosan dengan cinta melulu!

12/10/16

*terinspirasi dari Efek Rumah Kaca

Kamis, 13 Oktober 2016

Sonnenallee, satu lagi kisah dari Jerman Timur

PERINGATAN : Film ini tidak disarankan bagi beberapa golongan dibawah umur.

Setelah mengulas film Good Bye Lenin, ulasan kali ini adalah (masih) film berbahasa Jerman yang berlatar belakang masyarakat Komunis Eropa, Sonnenalle.

Rating : 3/5

Awalnya aku menemukan Film ini saat sedang mengunjungi perpustakaan Goethe-Institut di jalan Riau, Bandung. Di covernya tertulis informasi singkat mengenai Film. Yang membuat aku tertarik adalah mengenai latar belakang film ini : di zaman masyarakat Komunis Eropa.

Tanpa menunggu lama aku meminjam dvdnya. Sesampainya di rumah segera kunyalakan Laptop agar rasa penasaranku bisa segera terjawab. Apakah Film ini akan sama dengan Good Bye Lenin, yang lebih menonjolkan sisi Jerman Timurnya? Rupanya tidak.

Sonnenalle (Sun Alley) merupakan Film berbahasa Jerman yang dirilis pada tahun 1999. Film ini bergenre Comedy, sehingga ada banyak lelucon mengenai kehidupan di era Komunis tersebut. Tapi perlu diingat, lelucon dalam Film ini (sepertinya) hanya bisa dipahami oleh anak IPS. Kenapa? karena hampir semua lelucon didalamnya berhubungan dengan sosiologi dan sejarah, sehingga mungkin hanya beberapa kalangan yang benar-benar mengerti humor dalam Film ini.

***
Berlin Timur. 1970. Michael (atau Micha) merupakan seorang remaja 17 tahun yang hidup dalam masyarakat Komunis Jerman Timur. Ia menghabiskan masa remaja bersama teman-teman sebayanya dengan mendengarkan musik pop barat (yang saat itu Ilegal di Eropa Timur), berpesta hingga larut malam, sampai mencoba mendekati Miriam, seorang gadis cantik yang tinggal persis diseberang rumahnya. Intinya, ia adalah tipikal rebell, yang mencoba memberontak pada Negara.

Setelah scene pertama penonton dibawa ke Dunia Micha, selanjutnya akan ada banyak scene dimana kehidupan masyarakat Jerman Timur disorot hingga kedalam urusan pribadinya. Misalnya seperti keluarga Micha yang terdiri dari ayahnya yang gemar merokok, ibunya, hingga saudari perempuanya yang selalu gonta-ganti pacar. Di sini, penonton akan melihat bagaimana masyarakat Komunis hidup sehari-hari.

Satu hal yang kulihat, rupanya masyarakat Komunis Jerman Timur sangat iri terhadap saudara baratnya yang lebih makmur. Itu dapat dilihat dari cara mereka melihat kemajuan ekonomi dunia barat, dan selalu merasa tertinggal dan dikucilkan oleh dunia saat itu.

Oh, dan perlu diingat lagi, ada cukup banyak adegan intim (dan beberapa cukup Vulgar) dalam Film ini sehingga aku menyarakan bagi yang dibawah umur untuk tidak menonton Film ini terlebih dahulu.

Diluar itu, menurutku Film ini cukup menarik. Di satu sisi, kita bisa melihat kehidupan masyarakat Komunis (disertai satir dan adegan intim), dan di sisi lain ada banyak cara anak muda (yang masih dalam masa puberitas) dalam menghadapi sistem yang otoriter.

Adegan yang menurutku paling menonjol, disaat sekumpulan turis dari Amerika (yang sedang berkunjung ke Berlin Timur) memandang Micha dan kawan-kawanya sebagai "anak muda yang kelaparan, persis seperti di Afrika". Bagiku, ini semacam pandangan lama dunia barat mengenai dunia timur : rakyat kelaparan, pemimpin korup, hingga sistem pemerintahan yang otoriter. Tapi uniknya, dalam Film adegan tadi dibalut dengan satir dan lelucon, sehingga aku merasa bahwa film ini "memang benar-benar lelucon khas anak IPS".

***
Aku puas dengan berbagai satir dan lelucon sepanjang alur film, tapi beberapa adengan intim membuat kepuasanku terhadap Sonnenalle berkurang. Setidaknya film ini cocok bagi para penyuka sejarah, terutama sejarah Komunisme dan Sosialisme. 





Sabtu, 02 Juli 2016

Hilang

2 tahun terlalu singkat
Terlalu banyak waktuku sia-sia
Hanya untuk memandangi rupanya
Ah, sial benar aku ini!

Apakah selamanya seperti ini?
Setiap waktu kuingat dia
Usaha berbicara lama kucoba
Ah, lagi-lagi dia tidak menggubris!

Sayang Tuhan berlaku lain
Kini ia telah hilang
Entah dimana lagi dia
Kembali? Itu berarti tragedi bagiku!

Puisi ini untuk dia ditanggal 25 bulan April

2/07/16

Hujan : Antara persahabatan & cinta

"Tentang Persahabatan. Tentang Cinta. Tentang Melupakan. Tentang Perpisahan. Tentang Hujan"

Pertama kali aku melihat buku ini ketika sedang pergi berlibur bersama keluarga di Jakarta. Dan saat kulihat Cover bukunya...Hmm sederhana tapi menarik dilihat. Tanpa berpikir panjang maka aku pun membawa buku ini ke kasir dan membayarnya.

Sesampainya di Hotel tempat kami sekeluarga menginap, segera aku membuka halaman pertama dengan rasa penasaran. Kira-kira apa tema yang akan dibawakan Tere Liye kali ini?  Awalnya kukira sekedar kisah romantis, karena banyak Novel yang memakai kata "Hujan" dan isinya kadang tentang kisah cinta sepasang muda-mudi.

Oh, ternyata lebih dari itu. "Hujan" merupakan kisah tentang petualangan seorang gadis yang sudah Yatim Piatu di umurnya yang ke 12. Latar waktunya sendiri kira-kira tahun 2040-2050, masa dimana Manusia ke 10 Milyar baru saja dilahirkan. Alkisah Lail, nama gadis itu hidup sebatang kara setelah kedua orangtuanya tewas dalam sebuah bencana besar yang melanda Kota tempat tinggalnya. Kebingungan dan ketakutan mulai merasukinya. Tapi mulai disinilah kisah Lail bermula.

Setelah tinggal di Kamp pengungsian, ia bertemu dengan Esok dan Maryam, yang kelak akan sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya dalam menghadapi masa-masa sulit itu. Esok sendiri dikisahkan pintar dan berani, sementara Maryam (yang akhirnya menjadi sahabatnya) memiliki watak Rajin dan setia kawan. 

***
Aku tidak akan menceritakan semuanya secara detil, hanya beberapa adegan penting saja yang akan kutuliskan kali ini.

Loncat agak jauh, setelah Lail bertemu Maryam dan Esok akhirnya ia pun kembali bersekolah hingga akhirnya mereka (Lail dan Maryam) lulus dan mulai bekerja sebagai Regu penyelamat bencana. Sayang, ia harus berpisah lama dengan Esok karena ia dipanggil oleh pemerintah dan akhirnya terpaksa menetap di Ibukota. Lail sendiri tidak tahu apa yang sedang dilakukan Esok, hingga akhirnya ia mengunjungi teman lamanya itu. Dan betapa terkejutnya Lail karena Esok ternyata ditugaskan untuk membuat sebuah kapal yang dapat menyelamatkan kelangsungan hidup umat Manusia!

Setelah itu, kisah lain mulai bermula. Seperti yang ada diatas, Novel ini tidak hanya sekedar kisah Cinta. Akan ada cerita dimana Lail harus memilih, sehingga terciptalah babak perpisahan. Dan tentang Hujan, disanalah semuanya berasal.

Kekuranganya. Novel ini tidak memiliki Ilustrasi, sehingga penggambaran tokoh harus dilakukan secara Imajinatif oleh pembaca. Lalu, Endingnya sendiri kalau menurutku sedikit menggantung dan malah membuat pembaca penasaran bagaimanakah kelanjutan kisah antara Lail dan Esok.

Anyway, meskipun begitu Novel ini sendiri cukup bagus dan sangat aku rekomendasikan, apalagi bagi para penggemar karya Tere Liye. Didalamnya kalian akan menemukan perasaan antara Cinta dan persahabatan secara bertahap, sehingga kalian tidak akan cepat bosan bila tertarik membaca Novel "Hujan" ini.

Rating Buku : 4.5/5
Chapter terbaik : Saat dimana Lail pertama kali bertemu dengan Esok.







Sabtu, 29 Agustus 2015

Nostalgia bersama Jerman Timur

Aku lahir saat dunia dimenangkan oleh kapitalis. Tahun 2000. Aku tumbuh di era dimana Komunis dianggap sebagai ideologi yang gagal dan para pengikutnya dicap sebagai Atheis alias orang tak bertuhan.

Sejak mask sekolah, aku sangat penasaran dan ingin tahu apa saja yang terjadi sebelum aku lahir, dan kenapa orang-orang disekitarku sangat membenci Komunis. Hal ini dapat dilihat saat aku tak sengaja mengucapkan "Komunis" di depan Nenekku. Saat itu ia kaget dan langsung memarahiku.

"Astaghfirloh! Trystan! Jangan sekali-kali lagi ucapkan kata itu!"

Seingatku, itulah yang Nenekku lakukan kepadaku setelah tak sengaja mengucapkan kata itu. Komunis.

Sejak saat itu, aku makin penasaran dengan apa yang disebut dengan Komunis. Ideologi macam apa itu? apakah ideologi ini pernah menguasai Indonesia? apakah ideologi ini pembawa kebaikan atau malah ketakutan, sehingga hampir semua orang yang kutemui sangat anti dan ketakutan saat mendengankan kata tersebut?

Semua pertanyaan itu mungkin telah terjawab dengan sebuah film.

Rating Film : 4/5

Awalnya aku menemukan film ini saat sedang browsing. Saat itu aku penasaran dengan kehidupan orang-orang yang hidup di negara Komunis. Maka aku pun seketika menemukan film ini.  Cukup bagus dan menarik karena dengan sengaja film ini memperlihatkan kehidupan warga Jerman Timur yang negaranya berideologi Komunis. 

Film Good Bye Lenin sendiri adalah film yang berasal dari Jerman. Film ini mengangkat kisah tentang perjuangan seorang anak yang sangat peduli terhadap Ibunya. 

Jadi alkisah, di tahun 1990 Jerman bersatu kembali setelah sempat berpisah selama 40 tahun akibat perang dingin antara Amerika (Kapitalis) dan Uni Soviet (Komunis).Nah, di Berlin (Ibukota Jerman kini) ada seorang perempuan yang keadaanya kritis. Ia terkena koma. Sang dokter yang merawatnya bilang bahwa nyawa perempuan tua ini dapat melayang jika ia tahu bahwa negaranya yang sangat ia banggakan, Jerman Timur telah tiada.

Maka, sang anak yang bernama Alex pun segera membuat suasana apartemen tempat tinggalnya kembali seperti saat zaman Komunis dahulu. Kesan norak dan kuno pantas disematkan untuk suasana apartemen khas Komunis tersebut. Selain itu, dengan bantuan dari sang adik, pacar dan temanya yang berasal dari Jerman Barat, maka ia pun segera membuat "sandiwara" seolah-olah Jerman Timur masih ada.

Awalnya sang ibu tidak curiga. Tapi lama kelamaan, ia tersadar ada yang tidak beres dengan negaranya tersebut. Dan setelah ibunya tahu bahwa Jerman Timur telah bubar... lanjutanya nonton sendiri deh filmnya :D 

Setelah menonton film tersebut, rupanya kini aku mengerti mengapa orang-orang cukup risau dan takut saat mendengar kata Komunis. Karena Kapitalis berpandangan bahwa Komunis identik dengan kekerasan, kerja paksa dan Atheisme. Padahal tidak semua hal itu benar. Komunis pada dasarnya memiliki dasar yang bagus, tapi sayangnya orang-orang yang menganut ideologi ini justru tidak menaati dasar-dasarnya, sehingga pada akhirnya kita semua tahu ideologi ini dicap gagal.

Jadi, pertanyaan masa kecilku terjawab sudah. Rupanya, tak selamanya Komunis itu buruk. Komunis dianggap sebagai ideologi sesat karena propaganda negara barat yang menganut sistem kapitalis (musuh besar Komunis). Tak semua yang hitam salah. Ambil yang baik, buang yang negatif.

Aku sangat menyarakan film ini, apalagi bagi orang-orang yang penasaran dengan kehidupan masyarakat di negara Komunis. 



Senin, 20 Januari 2014

Cinta

Dalam hidup, kita mungkin pernah mengalami perasaan satu ini, cinta. Cinta sendiri bisa datang kapan saja, dan berakhir kapan saja. Seperti kata Rhoma Irama : "Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga". Maksudnya, hidup ini tanpa cinta pasti akan sangat bosan dan terkesan "garing".

Biasanya perasaan ini terjadi saat kita mulai beranjak SMP (remaja) atau disaat masa puberitas. Mungkin, masih biasa saja saat SD kita duduk berdua dengan teman cewek. Namun, saat SMP, keadaan akan berubah drastis. Kalian yang sekarang belum atau mau memasuki masa SMP, siap-siap saja akan merasakan perbedaanya. Mungkin saja kalian dikatain "Cieee" atau di "Ehem" in sama temen sekelas. Ya, namanya juga Anak Baru Gede alias ABG.

Aku sendiri sering sekali di "ehem" in seperti itu .Namun, cinta sendiri kadang-kadang seringkali melewati batas, seperti mengutamakan cinta daripada main bareng teman-teman, atau merasa bahwa di dunia ini hanyalah cinta,cinta, dan cinta saja. Nah, bila seperti ini, kalian bisa saja jadi dijauhi dari dunia pergaulan kalian. Atau malahan bisa saja kalian akan diacuhkan teman-teman kalian. Mengapa? mungkin sebagian dari kalian sudah tahu jawabanya.

Lagipula, apa sih yang salah dengan cinta? cinta itu murni suatu perasaan yang sudah ada sejak dahulu sejak manusia diciptakan. Jadi tidak ada yang salah dong? kecuali kalian berbuat kelakuan seenaknya dan mengatasnamakan hal itu oleh cinta. Itu, bagiku agak aneh. 

Jadi, tidak ada salahnya kan memasuki dunia percintaan? Dunia yang penuh resiko dan kenangan bagi setiap orang yang masuk kedalamnya.